Penyakit yang Menimpa Perempuan Tidak Berjilbab

Rasulullah bersabda, "Para wanita yang berpakaian tetapi (pada hakikatnya) telanjang, lenggak-lengkok, kepala mereka seperti punuk unta, mereka tidak akan masuk surga dan tiada mencium semerbak harumnya (HR. Abu Daud)
Rasulullah bersabda, "Tidak diterima sholat wanita dewasa kecuali yang memakai khimar (jilbab) (HR. Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, bn Majah)
Penelitian ilmiah kontemporer telah menemukan bahwasannya perempuan yang tidak berjilbab atau berpakaian tetapi ketat, atau transparan maka ia akan mengalami berbagai penyakit kanker ganas di sekujur anggota tubuhnya yang terbuka, apa lagi gadis ataupun putri-putri yang mengenakan pakaian ketat-ketat. Majalah kedokteran Inggris melansir hasil penelitian ilmiah ini dengan mengutip beberapa fakta, diantaranya bahwasanya kanker ganas milanoma pada usia dini, dan semakin bertambah dan menyebar sampai di kaki. Dan sebab utama penyakit kanker ganas ini adalah pakaian ketat yang dikenakan oleh putri-putri di terik matahari, dalam waktu yang panjang setelah bertahun-tahun. dan kaos kaki nilon yang mereka kenakan tidak sedikitpun bermanfaat didalam menjaga kaki mereka dari kanker ganas. Dan sungguh Majalah kedokteran Inggris tersebut telah pun telah melakukan polling tentang penyakit milanoma ini, dan seolah keadaan mereka mirip dengan keadaan orang-orang pendurhaka (orang-orang kafir Arab) yang di da'wahi oleh Rasulullah. Tentang hal ini Allah berfirman:
وإذ قالوا اللهم إن كان هذا هو الحق من عندك فأمطر علينا حجارة من السماء أو ائتنا بعذاب أليم (الأنفال: 32)
Dan ingatlah ketika mereka katakan: Ya Allah andai hal ini (Al-Qur'an) adalah benar dari sisimu maka hujanilah kami dengan batu dari langit atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih ( Q.S. Al-Anfaal:32)
Dan sungguh telah datang azab yang pedih ataupun yang lebih ringan dari hal itu, yaitu kanker ganas, dimana kanker itu adalah seganas-ganasnya kanker dari berbagai kanker. Dan penyakit ini merupakan akibat dari sengatan matahari yang mengandung ultraviolet dalam waktu yang panjang disekujur pakaian yang ketat, pakaian pantai (yang biasa dipakai orang-orang kafir ketika di pantai dan berjemur di sana) yang mereka kenakan. Dan penyakit ini terkadang mengenai seluruh tubuh dan dengan kadar yang berbeda-beda. Yang muncul pertama kali adalah seperti bulatan berwarna hitam agak lebar. Dan terkadang berupa bulatan kecil saja, kebanyakan di daerah kaki atau betis, dan terkadang di daerah sekitar mata; kemudian menyebar ke seluruh bagian tubuh disertai pertumbuhan di daerah-daerah yang biasa terlihat, pertautan limpa (daerah di atas paha), dan menyerang darah, dan menetap di hati serta merusaknya.
Terkadang juga menetap di sekujur tubuh, diantaranya: tulang, dan bagian dalam dada dan perut karena adanya dua ginjal, sampai menyebabkan air kencing berwarna hitam karena rusaknya ginjal akibat serangan penyakit kanker ganas ini. Dan terkadang juga menyerang janin di dalam rahim ibu yang sedang mengandung. Orang yang menderita kanker ganas ini tidak akan hidup lama, sebagaimana obat luka sebagai kesempatan untuk sembuh untuk semua jenis kanker (selain kanker ganas ini), dimana obat-obatan ini belum bisa mengobati kanker ganas ini.
Dari sini, kita mengetahui hikmah yang agung anatomi tubuh manusia di dalam perspektif Islam tentang perempuan-perempuan yang melanggar batas-batas syari'at. yaitu bahwa model pakaian perempuan yang benar adalah yang menutupi seluruh tubuhnya, tidak ketat, tidak transparan, kecuali wajah dan telapak tangan. Dan sungguh semakin jelaslah bahwa pakaian yang sederhana dan sopan adalah upaya preventif yang paling bagus agar tidak terkena "adzab dunia" seperti penyakit tersebut di atas, apalagi adzab akhirat yang jauh lebih dahsyat dan pedih. Kemudian, apakah setelah adanya kesaksian dari ilmu pengetahuan kontemporer ini -padahal sudah ada penegasan hukum syari'at yang bijak sejak 14 abad silam- kita akan tetap tidak berpakaian yang baik (jilbab), bahkan malah tetap bertabarruj???

( Sumber: Al-I'jaaz Al-Ilmiy fii Al-Islam wa Al-Sunnah Al-Nabawiyah, Oleh :Muhammad Kamil Abd Al-Shomad )
Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua, anda pun bisa mendownloadnya dalam bentuk PDF .

Download PDF

Ikuti 
Panduan Download jika anda kesulitan untuk mendownloadnya

Jika linknya sudah mati atau tidak bisa mendownload silahkan hubungi 
Pengelola




MAKE-UP Muslimah


Agar anda tampak lebih cantik dan menarik, lakukanlah resep berikut:
  1. Jadikanlah ghadhul bashar (menundukkan pandangan) sebagai hiasan kedua matamu, niscaya akan semakin bening dan jernih.
  2. Oleskan lipstick kejujuran pada bibirmu, niscaya semakin manis.
  3. Gunakan pemerah pipimu dengan kosmetika yang terbuat dari rasa malu.
  4. Pakailah sabun istighfar untuk menghilangkan semua dosa dan kesalahan yang kau lakukan.
  5. Rawatlah rambutmu dengan jilbab islami yang akan menghilangkan ketombe pandangan laki-laki asing yang membahayakan.
  6. Pakailah giwang kesopanan pada kedua belah telingamu.
  7. Hiaslah kedua tanganmu dengan gelang tawadhu dan jari-jarimu dengan cincin persahabatan.
  8. Sebaik-baik kalung yang kau pakai adalah kalung kesucian.




 Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua, anda pun bisa mendownloadnya dalam bentuk PDF .
Download PDF

Ikuti 
Panduan Download jika anda kesulitan untuk mendownloadnya

Jika linknya sudah mati atau tidak bisa mendownload silahkan hubungi 
Pengelola

Do'a kami


Oleh : Ust. Rahmat Abdullah

Ya ALLAH, berikan taqwa kepada jiwa-jiwa kami dan sucikan dia.
Engkaulah sebaik-baik yang, mensucikannya.
Engkau pencipta dan pelindungnya.

Ya ALLAH, perbaiki hubungan antar kami.
Rukunkan antar hati kami Tunjuki kami jalan keselamatan.
Selamatkan kami dari kegelapan kepada terang.
Jadikan kumpulan kami jama'ah orang muda yang menghormati orang tua.
Dan jama'ah orang tua yang menyayangi orang muda.
Jangan Engkau tanamkan di hati kami kesombongan dan kekasaran terhadap sesama hamba beriman.
Bersihkan hati kami dari benih-benih perpecahan, pengkhianatan dan kedengkian

Ya ALLAH, wahai yang memudahkan segala yang sukar.
Wahai yang menyambung segala yang patah.
Wahai yang menemani semua yang tersendiri.
Wahai pengaman segala yang takut.
Wahai penguat segala yang lemah.
Mudah bagimu memudahkan segala yang susah.
Wahai yang tiada memerlukan penjelasan dan penafsiran.
Hajat kami kepada-Mu amatlah banyak.
Engkau Maha Tahu dan melihatnya.

Ya ALLAH, kami takut kepada-Mu.
Selamatkan kami dari semua yang tak takut kepada-Mu.
Jaga kami dengan Mata-Mu yang tiada tidur.
Lindungi kami dengan perlindungan-Mu yang tak tertembus.
Kasihi kami dengan kudrat kuasa-Mu atas kami.
Jangan binasakan kami, karena Engkaulah harapan kami.
Musuh-musuh kami dan semua yang ingin mencelakai kami Tak akan sampai kepada kami, langsung atau dengan perantara.
Tiada kemampuan pada mereka untuk menyampaikan bencana pada kami.
"ALLAH sebaik baik pemelihara dan Ia paling kasih dari segala kasih"

Ya ALLAH, kami hamba-hamba-Mu, anak-anak hamba-Mu.
Ubun-ubun kami dalam genggaman Tangan-Mu.
Berlaku pasti atas kami hukum-Mu.
Adil pasti atas kami keputusan-Mu.

Ya ALLAH, kami memohon kepada-Mu.
Dengan semua nama yang jadi milik-Mu.
Yang dengan nama itu Engkau namai diri-Mu.
Atau Engkau turunkan dalam kitab-Mu.
Atau Engkau ajarkan kepada seorang hamba-Mu.
Atau Engkau simpan dalam rahasia Maha Tahu-Mu akan segala ghaib.
Kami memohon-Mu agar Engkau menjadikan Al Qur'an yang agung.
Sebagai musim bunga hati kami
Cahaya hati kami.
Pelipur sedih dan duka kami.
Pencerah mata kami.

Ya ALLAH, yang menyelamatkan Nuh dari taufan yang menenggelamkan dunia.
Ya ALLAH, yang menyelamatkan Ibrahim dari api kobaran yang marak menyala
Ya ALLAH, yang menyelamatkan Musa dari kejahatan Fir'aun dan laut yang mengancam nyawa
Ya ALLAH, yang menyelamatkan Isa dari Salib dan pembunuhan oleh kafir durjana
Ya ALLAH, yang menyelamatkan Muhammad alaihimusshalatu wassalam dari kafir Quraisy durjana, Yahudi pendusta, munafik khianat, pasukan sekutu Ahzab angkara murka
Ya ALLAH, yang menyelamatkan Yunus dari gelap lautan, malam, dan perut ikan
Ya ALLAH, yang mendengar rintihan hamba lemah teraniaya
Yang menyambut si pendosa apabila kembali dengan taubatnya
Yang mengijabah hamba dalam bahaya dan melenyapkan prahara

Ya ALLAH, begitu pekat gelap keangkuhan, kerakusan dan dosa
Begitu dahsyat badai kedzaliman dan kebencian menenggelamkan dunia
Pengap kehidupan ini oleh kesombongan si durhaka yang membuat-Mu murka
Sementara kami lemah dan hina, berdosa dan tak berdaya

Ya ALLAH, jangan kiranya Engkau cegahkan kami dari kebaikan yang ada pada-Mu karena kejahatan pada diri kami
Ya ALLAH, ampunan-Mu lebih luas dari dosa-dosa kami.
Dan rahmah kasih sayang-Mu lebih kami harapkan daripada amal usaha kami sendiri.
Ya ALLAH, jadikan kami kebanggaan hamba dan nabi-Mu Muhammad SAW di padang mahsyar nanti. Saat para rakyat kecewa dengan para pemimpin penipu yang memimpin dengan kejahilan dan hawa nafsu.
Saat para pemimpin cuci tangan dan berlari dari tanggung jawab.
Berikan kami pemimpin berhati lembut bagai Nabi yang menangis dalam sujud malamnya tak henti menyebut kami, ummati ummati, ummatku ummatku.
Pemimpin bagai para khalifah yang rela mengorbankan semua kekayaan demi perjuangan.
Yang rela berlapar-lapar agar rakyatnya sejahtera.
Yang lebih takut bahaya maksiat daripada lenyapnya pangkat dan kekayaan

Ya ALLAH, dengan kasih sayang-Mu Engkau kirimkan kepada kami da'i penyeru iman.
Kepada nenek moyang kami penyembah berhala.
Dari jauh mereka datang karena cinta mereka kepada da'wah.
Berikan kami kesempatan dan kekuatan, keikhlasan dan kesabaran.
Untuk menyambung risalah suci dan mulia ini.
Kepada generasi berikut kami
Jangan jadikan kami pengkhianat yang memutuskan mata rantai kesinambungan ini.
Dengan sikap malas dan enggan berda'wah.
Karena takut rugi dunia dan dibenci bangsa.

Dilantunkan oleh K.H. Rahmat Abdullah pada Deklarasi Partai Keadilan
Lapangan Masjid Agung Al-Azhar Jakarta, 09 Agustus 1998, yang diiringi oleh tetesan air mata hadirin.



Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua, anda pun bisa mendownloadnya dalam bentuk PDF .
Download PDF

Ikuti 
Panduan Download jika anda kesulitan untuk mendownloadnya

Jika linknya sudah mati atau tidak bisa mendownload silahkan hubungi 
Pengelola

Amaliyah Muslimat


Ucapan

1. Hindarilah sikap kurang puas dan perbanyaklah diam.
Allah berfirman dalam Q.S. An Nisa :114

Artinya :
"Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka kecuali bisikan orang yang menyeru manusia memberikan sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia." (An Nisa 114)

Ketahuilah wahai ukthi, di setiap saat dan setiap tempat ada yang senantiasa memperhatikan dan mencatat setiap ucapanmu.

"Seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir." (Qaaf 17- 18)
Karena itu, wahai ukthi, berbicaralah hanya yang pantas-pantas saja. Ringkaskan ucapanmu, serta cukuplah hingga sesuai dengan maksud pembicaraanmu.

2. Bacalah Al-Qur'an Al-Karim dan buat jadwal harian untuk tadaarus serta usahakan menghafalnya semampumu agar engkau mendapat pahala yang besar di hari kiamat nanti.

Artinya :
Abdullah bin Umar Ra meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW berbeda: Kepada yang senang membaca Al- Qur' an di hari kiamat nanti dikatakan: "Bacalah dan perbaikilah bacaanmu sebagaimana yang telah kamu kerjakan di dunia dahulu, maka sesungguhnya kedudukanmu itu tergantung kepada akhir ayat yang sedang kamu baca itu." (HR- Tirmidzi)

3. Bukanlah merupakan suatu kebaikan apabila kamu berbicara dan selalu berkomentar terhadap setiap hal yang kamu dengar, sebab hal itu dapat menjatuhkanmu ke dalam kebohongan.

Artinya :
Abu Huraifah Ra berkata bahwa Nabi Muhammad Saw : "Cukuplah bagi orang itu disebut pembohong jika ia berbicara dengan setiap apa yang ia dengar." (HR. Muslim).

4. Jauhilah sifat sombong dan membanggakan diri dengan sesuatu yang tidak kamu punyai dengan tujuan memperbanyak harta dan mendapat ketenaran di mata manusia.

Artinya :
Aisyah Ra, meriwayatkan bahwa seorang wanita bertanya kepada Rasulullah SAW : "Bolehkah saya mengatakan bahwa suami saya telah memberikan sesuatu padahal dia tidak memberikan sesuatu kepadaku?" Rasulullah lalu bersabda : "Orang yang menyiarkan tentang apa yang tidak dia terirna (pernberian) bagaikan orang yang memakai dua baju kebohongan." (Muttafaq alaihi) .

5. Dzikrullah itu mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan
seorang muslim, baik dilihat secara ruhaniyah, kejiwaan, jasmani maupun sosial kemasyarakatan. Oleh karena itu jagalah, wahai saudaraku, ingatlah kepada Allah Ta'ala setiap saat walau bagaimanapun keadaannya. Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah memuji hamba-hamba-Nya yang mukhlis.
Firman-Nya:
"(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah swt baik dalam keadaan berdiri, duduk maupun berbaring." (Ali Imran 191).

Artinya :
Abdullah bin Basar Ra pernah menyebutkan bahwa ada seorang laki-laki berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya syariat Islam itu telah cukup banyak dalam pandangan saya, untuk itu beritahu saya dengan sesuatu yang bisa saya jadikan pegangan." bersabda Rasulullah: "Lidahmu itu akan terus basah dengan berdzikir kepada Allah." (HR. Tinnidzi).

6. Jika kamu ingin berbicara, maka jauhilah dari membesar-besarkan diri, bermanis-manis kata dan terlena dalam buaian kata. sebab itu merupakan sifat yang dibenci oleh Rasulullah SAW.
Beliau bersabda :

Artinya :
"Sesungguhnya sesuatu yang paling saya benci dan paling jauh posisinya dariku pada hari kiamat adalah mereka yang banyak bicara, angkuh dalam berucap dan besar mulut." (HR. Tarmidzi).

7. Jadikanlah pribadi Rasulullah SAW sufi teladan yang baik.
Di antaranya banyak diam, berpikir dan tidak banyak tertawa, apalagi sampai hanyut di dalamnya.

Artinya :
Sammak berkata, "Saya bertanya kepada Jabir bin Samirah: Apakah dulu kamu selalu hadir dalam majelis Rasulullah?" Jabir bin Samirah menjawab, "Benar , beliau banyak diam dan sedikit tertawa. Pernah sahabatnya membaca syair dan saling betukar pikiran tentang masalah mereka, kemudian mereka tertawa, tapi Rasulullah hanya tersenyum saja." (HR. Ahmad).
Jadikanlah ucapanmu selalu condong kepada kebajikan. Jika tidak, maka diammu itu lebih baik. Bersabda Rasulullah Saw:

"Barangsiapa yang mengaku beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik, atau (kalau tidak bisa) diamlah." (HR. Bukhari)

8. Jangan memotong pembicaraan orang, membatasi atau meremehkannya. Jadilah pendengar yang baik. Bantahlah mereka dengan uslub (metode) yang baik sebagai cermin dari kepribadian.

9. Hindari segala bentuk celaan, menggunjing, atau membicarakan aib orang lain.
"Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mencela kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang dicela itu) lebih baik dari mereka (yang mencela). Dan begitu pula wanita terhadap wanita lainnya, boleh jadi wanita yang dicela tadi lebih baik dari wanita yang mencela." (A1 Hujaraat 11)

Bersabda Rasulullah SAW :
Artinya:
"Seorang muslim itu saudara bagi muslim lainnya dia tidak menzaliminya, tidak mengecewakannya. juga tidak pula menghinanya. Maka cukuplah seorang itu digolongkan dalam keburukan bila ia menghina saudaranya yang muslim." (HR. Muslim).

10. Jika kamu mendengar bacaan AI Qur'an Al Karim, maka hentikanlah segala pembicaraan bagaimanapun pentingnya. sebagai rasa hormat terhadap Kalamullah. dan juga sebagai pelaksanaan perintah-Nya.
"Dan apabila AI Qur.an dibacakan maka dengarkanlah dan perhatikan dengan tenang agar kamu mendapat rahmat" (Al A'raf 204).

11. Pandai-pandailah dalam memilih kata sebelum ke luar dari mulutmu. Jagalah perkataanmu agar tetap bersih. cocok dan sesuai dengan kebenaran, jauh dari keburukan, serta tidak menimbulkan kemurkaan Allah Ta'ala. karena setiap kata mempunyai tanggung jawab yang besar. Berapa banyak kata yang bisa menyebabkan si pembicaranya masuk surga, dan berapa banyak pula kata yang memasukkan orangnya ke dasar neraka jahannam.

Artinya:
Abu Hurairah Ra berkata Nabi Muhammad SA W bersabda: "Seorang hamba yang jika berbicara semata-mata yang diridhoi Allah dan seolah-olah tidak dihiraukan orang, maka Allah akan mengangkat derajatnya. Namun seorang hamba berbicara dengan ucapan yang dibenci Allah seolah-olah tidak dihiraukan orang, maka ucapan itu akan membawanya ke neraka jahannam." (HR. Bukhari).
Mu'adz Ra bertanya kepada Nabi Saw :

Artinya:
"Ya Rasulullah, apakah kita bertanggung jawab terhadap semua yang kita ucapkan?" Rasulullah Saw menjawab: "Ibumu pasti kehilangan kamu, wahai Mu'adz! Tidaklah manusia itu ditelungkupkan wajahnya ke dalam neraka kecuali karena tergelincimya lidah (akibat ucapan) mereka." (HR. Turmudzi).

12. Gunakanlah lidahmu yang merupakan nikmat Allah yang agung bagimu untuk amar makruf nahi munkar dan dakwah kepada kebajikan.
"Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka kecuali bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat makruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia." (An Nisa 114)

13. Wahai saudariku muslimah, belajar (menuntut ilmu) itu merupakan hal yang terpuji dan mulia.

Syifa' binti Abdillah berkata, Nabi Saw pernah masuk ke dalam rumah ketika saya berada di rumah Hafsah, kemudian beliau bertanya kepada saya, " Apakah kamu tidak mengajari ini (yakni Hafsah) penangkal seekor semut sebagaimana kamu telah mengajarinya tulis menulis?" (HR. Ahmad).

14. Maksud dan tujuan menuntut ilmu itu bukan hanya untuk memperoleh ijazah. untuk mendapatkan pekerjaan atau status sosial. tapi untuk mengetahui berbagai urusan agama. hukum-hukumnya dan memperbaiki bacaan Al-Qur'an Al-Karim sehingga seorang wanita dapat beribadah kepada Robb-nya dengan dasar pemahaman yang jelas. Seperti diketahui, salah satu tujuan menuntut ilmu adalah untuk menelaah teori belajar yang tepat sebagaimana yang tercermin dalam kehidupan Rasulullah Saw, para sahabat dan para pendahulu umat ini, agar kita hidup dalam kebahagiaan dan ketenangan.

15. Jauhilah setiap bentuk gurauan dan celaan. Jangan bersikap sombong terhadap orang lain dalam menuntut ilmu. dan jadikanlah sifat tawadhu (rendah hati) cermin pribadimu agar prestasimu bisa maju dan naik. Kalau tidak demikian maka niscaya ilmumu akan membawa bencana bagimu.

Ka' ab bin Malik Ra berkata, Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda: "Barang siapa menuntut ilmu karena untuk bersaing dengan para alim atau karena hendak membantah orang-orang bodoh dan karena mau menarik perhatian manusia kepadanya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam neraka." (HR. Tirmidzi)


Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua, anda pun bisa mendownloadnya dalam bentuk PDF .
Download PDF

Ikuti 
Panduan Download jika anda kesulitan untuk mendownloadnya

Jika linknya sudah mati atau tidak bisa mendownload silahkan hubungi 
Pengelola



Ciri-ciri Ibadurrahman


Dalam tulisan ini, akan kami paparkan secara ringkas tapi padat -insya Allah- sifat-sifat ‘Ibaadurrahman (para hamba ar-Rahman), karakteristik, ciri-ciri mereka serta pahala besar yang Allah siapkan buat mereka di sisi-Nya agar orang yang ingin menjadi salah satu dari ‘Ibaadurrahman dapat memilikinya, meraih kehormatan beribadah dan menisbatkan diri kepada-Nya serta menggapai persaksian.
Adapun ayat yang menjelaskan semua sifat Ibaadurrahman itu termuat dalam ayat 63 hingga 76, surat Al-Furqan. Dalam ayat-ayat tersebut, disebutkan sifat-sifat ‘Ibaadurrahman sebagai berikut:



1. Tawadhu’ (Rendah Hati)
Yaitu sebagaimana firman-Nya, artinya, “(ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati” [63]
Inilah sifat pertama ‘Ibaadurrahman, yaitu mereka berjalan di atas bumi dengan sangat enteng dan ringan, tidak dibuat-buat, tidak sombong atau pun melengos. Mereka tidak berjalan dengan sangat cepat yang menunjuk-kan sikap suka mengentengkan dan kasar, juga tidak berjalan dengan sangat pelan yang menunjukkan sifat malas dan kumal.
Tetapi mereka berjalan dengan ringan, penuh dengan semangat, tekad, kelelakian dan jiwa muda. Mereka mengetahui betul wasiat Luqman kepada anaknya sebagaimana diinformasikan Rabbnya, artinya, “Dan sederhanalah kamu dalam berjalan.” (QS.Luqman:19). Maksudnya adalah sedang-sedang saja dalam semua urusan, tidak berlebihan atau keterlaluan sekali.
‘Ibaadurrahman berjalan di pelosok bumi untuk mencari rizki dan tuntutan hidup dengan penuh kelembutan dalam batasan-batasan yang diperkenankan Allah subhanahu wata’ala kepada mereka, tidak rakus, tamak, menyia-nyiakan kewajiban, melakukan hal-hal yang diharamkan atau pun berbuat mubadzir. Tidak muncul dari mereka sikap keras, melecehkan, sombong, berbangga-bangga dan berbesar diri. Mereka tidak berbuat kerusakan di muka bumi, mencari ketinggian, lebih mendahulukan keuntungan duniawi yang fana, tidak berusaha semata hanya untuk mengumpulkan harta dan bersenang-senang dengan kenikmatan kehidupan duniawi.
Mereka juga rendah hati terhadap Allah subhanahu wata’ala, lembut dan ringan, tidak angkuh dan sombong. Mereka mendengar firman Allah subhanahu wata’ala, artinya, “Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.”

2. Lemah Lembut
Yaitu sebagaimana firman-Nya, artinya, “Dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” [63]
Ini merupakan sifat ke dua ‘Ibaadurrahman, yaitu bila orang-orang jahil mengucapkan ucapan yang buruk, mereka tidak membalas dengan ucapan yang sama tetapi mema’afkan, tidak berkata kecuali yang baik, mereka tidak terpancing oleh kejahilan orang tersebut, tetapi menahan lisan dan emosi mereka.
Mereka memangkas jalan fitnah dan keburukan yang ingin dilakukan orang-orang jahil itu, memadamkan ‘kobaran’ kejahatan pertama yang andaikata dibalas dengan tindakan yang sama, pastilah apinya akan semakin menyala sehingga bisa menimbulkan perang besar dan kejahatan bergentayangan. Menurut mereka, kepah-lawanan bukanlah ditampakkan dengan postur badan yang kuat, berotot, dan mampu menang dalam pertarungan, tetapi kepahlawanan yang hakiki adalah menahan diri ketika marah.
Yang menjadi panutan mereka dalam hal ini adalah Nabi mereka, Muhammad shallallahu ‘alihi wasallam yang merupakan manusia paling lemah lembut. Salah satu contohnya, “Ketika ada seorang Arab Badui yang datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alihi wasallamdan berkata kasar, lalu kaum Muslimin marah dan ingin memberinya pelajaran, namun hal itu dicegah oleh beliau. Beliau membalas sikap kasar itu dengan kasih sayang dan lemah lembut.” (Hadits Muttafaqun ‘alaih)

3. Melakukan Qiyamullail
Yaitu sebagaimana firman-Nya, artinya, “Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Rabb mereka.” [64]
Allah subhanahu wata’ala menyebut para hamba-Nya sebagai orang yang mencintai malam hari dengan melakukan ibadah. Mereka bangun saat orang-orang sedang terlelap tidur, waspada saat orang-orang lengah, sibuk menyong-song Rabb mereka, menggantungkan jiwa dan anggota badan mereka kepada-Nya. Saat orang-orang terlena dan merasa mantap dengan kehidupan duniawi, mereka justeru menginginkan ‘Arsy ar-Rahman sebab mereka mengetahui bahwa ibadah di kegelapan malam dapat menjauhkan mereka dari sifat riya’ dan minta dipuji. Ibadah di malam hari juga membangkitkan kebahagiaan di hati dan ketenangan bagi jiwa serta penerangan bagi penglihatan mereka.
Saat berdiri di hadapan Allah subhanahu wata’ala dan mengarahkan wajah mereka kepada-Nya, mereka merasakan kelezatan dan kebahagiaan yang tiada tara serta kenikmatan yang tak terkira. Tiada lagi rasa manis setelah manisnya beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala, bermesra, dan melakukan kontak dengan-Nya. Melakukan Qiyamullail merupakan sifat asli ‘Ibaadurrahman. Allah subhanahu wata’ala menyebut mereka dengan sifat itu dalam banyak ayat dan menganjurkan para Nabi-Nya untuk melakukan hal itu.
Rasulullah shallallahu ‘alihi wasallam bersabda, “Hendak-lah kamu melakukan Qiyamullail sebab ia adalah tradisi orang-orang shalih sebelum kamu, bentuk pendekatan kepada Rabb kamu, penghenti dosa, penebus dosa-dosa kecil dan pengusir penyakit dari badan.” (HR. Ahmad dan at-Tirmidzi yang dinilai Hasan oleh Syaikh al-Albani)

4. Takut Api Neraka
Sebagaimana firman-Nya, artinya, “Dan orang-orang yang berkata, ‘Ya Rabb kami, jauhkan azab jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasan yang kekal.”[65] Sesungguhnya jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman.” [66]
Sekalipun ‘Ibaadurrahman sangat ta’at dan hati mereka dipenuhi dengan ketakwaan namun mereka selalu merasa amalan dan ibadah mereka masih kurang. Mereka tidak melihat hal itu sebagai jaminan dan pemberi rasa aman dari api neraka bila saja tidak mendapatkan curahan karunia dan rahmat-Nya yang dengannya mereka terhindar dari adzab Jahannam. Karena itu, mereka selalu terlihat takut, cemas dan khawatir dengan adzab Jahannam.
Mereka selalu memohon kepada Allah agar Dia menghindarkan mereka dari adzab Jahannam seluruhnya, baik adzab yang dirasakan penghuni abadinya atau pun penghuni semen-taranya. Inilah sifat setiap Mukmin yang bersungguh-sungguh dalam berbuat ta’at dan takut akan adzab Allah subhanahu wata’ala sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya yang lain, “Dan orang-orang yang takut terhadap azab Rabbnya. Karena sesungguhnya azab Rabb mereka tidak dapat orang merasa aman (dari kedatangannya).” (QS. Al-Ma’arij: 27, 28)

5. Ekonomis Dalam Pengeluaran dan Tidak Boros
Sebagaimana firman-Nya, artinya, “Dan orang-orang yang apabila membe-lanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.” [67]
‘Ibaadurrahman bukanlah orang-orang yang berbuat mubadzir, membelanjakan harta melewati batas keperluan sebab mereka mengetahui benar bahwa boros akan merusak jiwa dan harta. Orang-orang yang berbuat mubadzir adalah saudara-saudara syetan. Syetan selalu menyuruh berbuat keji dan munkar. Mereka juga mengetahui bahwa mereka bertang-gung jawab di hadapan Allah subhanahu wata’ala terhadap harta mereka; dari mana mereka peroleh dan kepada siapa mereka infakkan.
Mereka juga tidak pernah kikir terhadap diri sendiri dan keluarga mereka, dalam arti teledor memberikan hak mereka dan tidak berinfaq untuk hal yang telah diwajibkan Allah subhanahu wata’ala, sebab mereka mengetahui bahwa Allah subhanahu wata’ala telah mencela kekikiran dan sifat bakhil. Jiwa nan suci menilai buruk sifat bakhil dan menghindari pelakunya.
Metode berinfaq ‘Ibaadurrahman adalah moderat dan menengah, antara bakhil dan boros. Mereka berada di puncak pertengahan antara boros dan bakhil. Mereka meletakkan ayat Allah subhanahu wata’ala berikut di hadapan mata mereka, artinya, “Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.” (QS. Al-Isra’:29)
Yakni janganlah kamu bakhil, sehingga tidak mau memberi sesuatu kepada siapa pun dan janganlah pula boros dalam mengeluarkan harta, sehingga memberi di atas kemampuanmu dan mengeluarkannya melebihi pendapatanmu.

6. Ikhlash Beribadah Karena Allah subhanahu wata’ala
Sebagaimana firman-Nya, “Dan orang-orang yang tidak menyembah ilah yang lain beserta Allah.” [68]
Di antara sifat ‘Ibaadurrahman, mereka tidak menyembah ilah yang lain beserta Allah subhanahu wata’ala, sebab mereka mengimani bahwa hanya Allah subhanahu wata’ala semata yang dapat memberikan manfa’at dan menolak mudharat. Tidak seorang pun di dunia ini, baik ia seorang raja yang disanjung, nabi yang diutus atau pun hamba yang shalih yang mampu memberikan manfa’at untuk dirinya atau pun menolak mudha-rat darinya, apalagi untuk membantu orang lain. Karena itu, mereka tidak pernah menyekutukan sesuatu pun beserta Allah, baik dalam berdo’a atau bentuk-bentuk ibadah lainnya.
Mereka mengetahui benar, bahwa tiada Khaliq, tiada Pemberi rizki, tiada yang dapat menghidupkan dan mematikan, tiada yang dapat menyembuhkan, dan tiada yang dapat mengelola alam semesta ini selain Allah subhanahu wata’ala. Mereka mengetahui benar bahwa andaikata seluruh manusia dan jin bergabung untuk memberikan manfa’at kepada seseorang, maka mereka tidak dapat melakukannya kecuali sesuatu yang telah dicatatkan Allah subhanahu wata’ala untuknya dan andaikata mereka bergabung untuk menimpakan bahaya kepada seseorang, maka mereka tidak dapat melakukannya kecuali sesuatu yang telah dicatatkan Allah subhanahu wata’ala terhadapnya.

7. Tidak Melakukan Pembunuhan
Sebagaimana firman-Nya, “Dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar…[68]”
Sifat ke tujuh ‘Ibaadurrahman adalah mereka tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah untuk membunuhnya sekali pun ada dorongan untuk itu kecuali dengan alasan yang benar, yang diperintahkan Allah subhanahu wata’ala atau diizinkan-Nya seperti hukuman Hadd, Qishash atau perang untuk meninggikan kalimat Allah. Sebab mereka mengetahui bahwa membunuh jiwa tanpa alasan yang benar merupakan salah satu dosa besar yang pelakunya mendapatkan ancaman dari Allah subhanahu wata’ala dengan siksaan yang sangat pedih.
Dia berfirman, artinya, “Dan barangsiapa yang membunuh seorang mu’min dengan sengaja, maka balasannya ialah jahannam, kekal ia di dalamnnya dan Allah murka kepadanya dan mengutuknya serta menyediakan azab yang besar baginya.” (QS. An-Nisa’: 93)
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menegaskan ultimatum terhadap pembunuhan jiwa seorang mukmin dengan sengaja saat bersabda, “Setiap dosa, semoga saja diampuni Allah kecuali orang yang mati dalam keadaan Musyrik atau membunuh seorang Mukmin dengan sengaja.” (HR. Abu Daud, dinilai Shahih oleh Syaikh al-Albani).
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sungguh, lenyapnya dunia lebih ringan di sisi Allah daripada dibunuhnya seorang Mukmin dengan tanpa haq (alasan yang tidak benar).” (HR.Ibnu Majah, dinilai Shahih oleh Syaikh al-Albani)

8. Menjauhi Perbuatan Zina
Sebagaimana firman-Nya, “Dan tidak berzina [68]”
Di antara sifat ‘Ibaadurrahman adalah tidak melakukan zina dan selalu menjaga kemaluan mereka dari setiap perbuatan yang mengundang murka Rabb sebab mereka mengetahui benar bahwa zina merupakan dosa yang besar.
‘Ibaadurrahman telah memenuhi panggilan Rabb mereka yang berbunyi, “Dan janganlah kamu mendekati zina sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra’: 32)
Mereka pun tunduk dengan hal itu, yaitu berhenti melakukan perbuatan yang dilarang tersebut. Mereka adalah seperti yang disebutkan sifatnya oleh Allah subhanahu wata’ala, “Dan orang-orang yang menja-ga kemaluannya. Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu, maka mereka itulah orag-orang yang melampaui batas.” (QS.al-Mu’minun: 5-7)
Bila mereka melakukan salah satu dari tiga perbuatan maksiat ini (syirik, membunuh atau berzina), karena kelemahan mereka sebagai manusia, mereka segera kembali kepada Rabb mereka dengan penuh rasa penyesalan, meninggalkan perbuatan-perbuatan maksiat itu dan melakukan amal shalih yang diridhai Allah subhanahu wata’ala. (QS. Al-Furqan: 68-70).

9. Menjauhi Persaksian Palsu
Sebagaimana dalam firman-Nya, “Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu… [72]”
Sesungguhnya ‘Ibaadurrahman tidak memberikan persaksian palsu sebab tindakan itu menghilangkan hak-hak, membantu perbuatan zhalim dan mengubah arah kebenaran. Mereka juga selalu menghindar dari suatu majlis yang terindikasi kepalsuan dengan segala jenis dan warnanya sebab mereka merasa tinggi hati sehingga tidak mungkin menghadiri majlis-majlis seperti itu.
Mereka menyadari betul bahwa persaksian palsu merupakan jenis dusta yang serius, amat buruk dan berakibat fatal. Sangat besar bahayanya bagi seluruh masyarakat karena perbuatan itu menjungkirbalikkan fakta dan membantu kezhaliman.
Karena itulah, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memperingatkan darinya berulang kali serta menilainya sebagai salah satu dosa besar. Beliau bersabda, “Maukah aku beritahukan kepada kamu mengenai dosa yang paling besar?” (beliau mengulang tiga kali). Kami berkata, “Tentu, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Menyekutukan Allah, durhaka terhadap kedua orangtua.” Beliau ketika itu bertelekan lalu duduk seraya bersabda lagi, “Jauhilah perkataan palsu dan persaksian palsu.” Beliau terus mengulang-ulangnya hingga kami sampai berkata, “Semoga saja beliau diam.” (Muttafaqun ‘alaih).

10. Berpaling dari Mengerjakan Perbuatan-Perbuatan yang Tidak Berfaedah
Sebagaimana firman-Nya, artinya, “Dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.” [72]
Sifat ‘Ibaadurrahman lainnya adalah tidak mau berlama-lama berdiri dengan ucapan dan perbuatan yang tidak berfaedah, tidak menyibukkan diri dan mengotorinya dengan mendengarkan hal itu. Mereka justru memuliakannya dengan cara tidak mendengar, melihat, dan ikut serta dalam hal itu.
Mereka tidak memiliki waktu untuk melakukan kegiatan yang sia-sia dan tidak bermanfa’at. Mereka sangat memperhatikan usia dan waktu, sehingga mereka merasa bersalah jika waktu itu hilang secara percuma tanpa dimanfa’atkan untuk mendapatkan pahala di sisi Rabb.

11. Memenuhi Perintah Allah subhanahu wata’ala
Sebagaimana firman-Nya, artinya, “Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Rabb mereka, mereka tidaklah menghadapi nya sebagai orang-orang yang tuli dan buta.” [73]
Bila diperingatkan dan diberi wejangan, mereka cepat sekali meresponsnya dan mengambil pelajaran. Hati mereka sangat terbuka terhadap ayat-ayat Allah subhanahu wata’ala, menerimanya dengan pemahaman dan menjadikan-nya sebagai pelajaran. Bila datang kepada mereka perintah Allah dan Rasul-Nya, mereka cepat-cepat melak-sanakannya dan menyatakan ketunduk-an dengan bersimpuh sujud kepada Allah subhanahu wata’ala seraya berdzikir, bertasbih memuji-Nya dan tidak menyombong-kan diri. (QS. As-Sajdah: 15-16)
Mereka tidaklah seperti orang yang bila diperingatkan dengan ayat-ayat Allah lantas berpaling dan tidak memberikan perhatian, mendengarkan dan melihatnya untuk kepentingan dirinya. Bahkan justeru menyibukkan dirinya tersebut dengan urusan-urusan duniawi, kenikmatan dan hawa nafsu. Golongan seperti ini, Allah subhanahu wata’ala sebutkan sifatnya dalam firman-Nya, artinya,
“Dan siapakah yang lebih zhalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat dari Rabbnya lalu dia berpaling daripadanya dan melupakan apa yang dikerjakan oleh kedua tangannya. Sesungguhnya Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka, (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (Kami letakkan pula) sumbatan di telinga mereka; dan kendatipun kamu menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk selama-lamanya.” (QS. Al-Kahfi: 57)


12. Mendo’akan Kebaikan bagi Keluarga dan Keturunan
Sebagaimana firman-Nya, artinya, “Dan orang-orang yang berkata, “Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa.” [74]
‘Ibaadurrahman tidak merasa cukup hanya dengan diam seraya bersujud dan melakukan qiyamullail serta memiliki semua sifat-sifat terdahulu. Mereka bahkan selalu memohon kepada Rabb agar dianugerahi keturunan yang berjalan sesuai dengan cara hidup mereka, memiliki pasangan setaraf mereka, sehingga membuat mata mereka sejuk, hati mereka me-rasa tenang dan jumlah ‘Ibaadurrahman bertambah. Mereka juga mengharapkan Rabb menganugerahkan takwa kepada mereka dan menjadikan mereka para pemimpin yang dipanuti dalam berbuat kebajikan.
Mereka memohon kepada Rabb sesuatu yang paling berkesan di dalam kehidupan di dunia ini yaitu isteri dan keturunan serta memohon tingkatan keimanan paling tinggi yang dapat mempersiapkan mereka meraih bilik-bilik nan tinggi di surga yang penuh kenikmatan, yaitu tingkatan ‘takwa.

Balasan Bagi ‘Ibaadurrahman
Rabb menutup ayat-ayat yang menghitung sifat-sifat ‘Ibaadurrahman dengan penjelasan sebagian balasan buat mereka. Firman Allah subhanahu wata’ala, artinya,
“Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam surga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya.” [75] “Mereka kekal di dalamnya. Surga itu sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman.”[76]

Di bilik-bilik surga itu mereka duduk, di atas permadani-permadani itu mereka bersandar, di bawah naungannya itu, mereka berjalan dan di dalamnya mereka mendapatkan kenikmatan. Itu semua sebagai balasan atas kesabaran mereka dalam menghadapi hawa nafsu, godaan-godaan dunia dan dorongan-dorongan nista serta kesabaran mereka dalam melakukan perbuatan ta’at dan meninggalkan kemungkaran.
Saudaraku! Sebagai penutup, pintu ‘pendaftaran’ sebagai ‘Ibaadurrahman terbuka bagi siapa saja yang ingin menjadi salah satu dari mereka dan bekerja untuk merealisasikannya.

Sumber: Buletin berjudul, Min Shifaat ‘Ibaadirrahman Fi Al-Qur’an, disusun oleh Bagian Ilmiah penerbit Darul Wathan. (Hafid M. Chofie)


Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua, anda pun bisa mendownloadnya dalam bentuk PDF .
Download PDF

Ikuti 
Panduan Download jika anda kesulitan untuk mendownloadnya

Jika linknya sudah mati atau tidak bisa mendownload silahkan hubungi 
Pengelola

Kebun Emas 250 x 250